Rabu, 25 April 2012

Tepian Malam

Seperti tahun yang lalu,setiap akhir tahun kelompok Teater yang tergabung dalam kelompok teater Sibiduk mengadakan malam apresiasi seni dan teater,untuk tahun ini mengambil perkemahan di daerah Laukhawa.

Semua kelompok teater sudah berkumpul di pos teater Kiambang pimpinan Sangkot.Nana Winda dan Rena tergabung dalam kelompok teater Kiambang.Perbekalan telah disiapkan.Ada tiga Teater yang turut ambil bahagian dalam malam apresiasi seni malam tahun baru ini.Setelah absensi anggota satu persatu masuk kedalam Bus,dan Buspun bergerak menuju lokasi perkemahan .Perjalanan yang amat jauh dan meletihkan.Selama Enam jam mereka didalam Bus.

Ketika senja meniti Buspun tiba ditempat lokasi perkemahan.Mereka bergegas turun dan memasang tenda,semuanya punya tugas masing-masing yang ditugaskan pimpinan group .Ada yang memasang tenda,ada yang mencari kayu,ada yang mempersiapkan makan malam.Sangkot selaku pimpinan teater Kiambang mengambil lokasi kelompok taternya persis didekat Danau.Udara malam itu begitu sejuk dan menusuk tulang.

Acara demi acara berlangsung hikmat bahkan ada yang menangis melepas tahun.Usai acara malam itu,masing-masing anggota dibebaskan tugas,mencari teman masing-masing dan bersenda gurau bersama tapi bagi yang punya pacar mengambil tempat disudut malam.

"Win bentar ya"

"Mau kemana Nan",tanya Winda

"pipis"

"Enggak perlu dikawani .."

"Enggaklah,terang bulan aja kok",

" Awas lho,didekat danau itu ada yang bisa menyerupai manusia",

"Alah paling setan kesasar",balas Nana dan melangkah keluar kemah,berjalan diterpa sinar bulan sementara beberapa kelompok insan teater masih diluar kemah.Alunan lagu gembira bahkan ada yang menampilkan puisi malam,terdengar juga canda ria dari dalam kemah.Sebenarnya Nana bukan hendak pipis melainkan ingin menikmati suasana malam sendiri dibawah sinar bulan purnama.Ia berjalan kepinggiran danau,duduk dibatu memandangi air danau yang bening pada tepian malam berbulan,lama ia duduk sambil mengenang sang kekaksih.

Mata Nana tertuju kesuatu arah dilihatnya seorang lelaki membawa kayu,tampaknya lelaki itu kesulitan membawa dan selalu berjatuhan.Nana mengira itu anggota dari kelompok teater lain,namun rasa kasihan dihatinya karena acap kali kayu berjatuhan dari gendongan dan memungut kembali,ia coba mendatangi.

"Udah malam kok masih ngam,bil kayu",sapa Nana sambil memungut kayu dan meletakkan kebahu lelaki itu,

"Ah..iya,untuk stok besok pagi masak"

"kok berani sendirian",sapa Nana lagi

"Memangnya kenapa ....oh ya kenali..Mardi",

"Nana",balas Nana

Mereka berjalan dipinggiran danau,ditempat duduk Nana semula mereka berhenti .Kesempatan baik ini Nana mencoba merapuhkan hati Mardi.Banyak kesamaan lelaki ini dengan kekasihnya Rangga,lembut bicaranya dan humoris .Kata demi kata terurai di pelipis malam bersinar bulan,suasana semakin sepi,satu persatu kelompok insan teater masuk kedalam kemah.

Nana dan Mardi masih duduk berdua dipinggir danau.Udara dingin beriring angin malam sendu dirasa.Kedua insan ini mulai akrab dengan suasana dan akrab dalam pembicaraan hingga keduanya memadu cinta.Cinta ditengah malam,bulan redup ditelan awan,bintang-bintang seakan enggan melihat kedua insan yang dilanda cinta.

"cium pipi boleh ya",Mardi memecah keheningan,Nana tidak menjawab,perlahan Mardi mencium pipi Nana,ada getaran pada dinding hati Nana seakan getaran itu membalut lukanya bersama Rangga.Nana membalas ciuman Mardi,keduanya saling mendekap erat,memegang tangan yang erat,suasana menjadi hangat.Saling meremas jari dan menyatukan bibir,perlahan Mardi membuka kancing baju Nana lalu meraba bahagian dadanya.Nana diam dan pasrah.Tanpa ia sadari pakaian Nana sudah berada di atas batu begitu jugha Mardi.Keduanya melakukan itu.

Tatkala pagi hari kelihatan sekali raut ceria Nana,Winda heran dan merasa aneh.Nana yang pendiam itu pagi ini menjadi gembira dan terus-terusan senyum,

"Aneh kamu Nan,dari tadi senyam senyum terus..memang ada apa sih",

"alah biasalah,baru kecantol"

"Hah..kecantol cowok maksud mu...waah kejutan nih,siapa siapa"

"Mardi,"

"Mardi siapa"

"Itu tu anak teater Laefoker"

"Setahu ku enggak ada yang namanya Mardi di teater Laefoker",balas Winda

"enggak percaya?,"

"ya udahlah enggak usah didebatkan",balas Nana dan mengajak Nana mencuci beras ke danau.Mereka berjalan menuju danau namun betapa terkejutnya Nana tepat dimana Nana dan Mardi tadi malam duduk disitu ada sebuah kuburan ,berhati hati ia membaca tulisan dibatu nisan,tubuhnya seperti kaku ketika membaca tulisan Nisan:

'Mardi binti Warsinah,meninggal dunia l4 April 1978'.

Tammat

1 komentar:

Yang mau Komentar oke..silahkan saja