Kamis, 26 April 2012

Biarlah Bulan Bicara Sendiri

Adalah Bulan Janda kembang Desa yang berprofesi penjual jamu door to door atau juga penjual jamu keliling kampung bukan keliling masuk hutan.Wajah ayu nan rupawan body montok nan bahenol kulit mulus rambut berikal melintasi bahu,walau secantik siapapun dia tetaplah dipanggil Bik atau Yu yang selalu disebut orang Bik Bulan sesekali Ayu padahal namanya sih..Bulan.Hidup seorang diri pada sebuah gubuk berdinding tepas dan bambu.Bila pagi saat matahati pagi sepanjang galah Bulan keluar dari rumah sambil menggendong jamu dan keliling kampung keluar kampung,bila hari itu jamu tak banyak laku ia coba kekota menyusuri jalan raya masuk kantor keluar kantor.Alhamdulillah setiap hari jamunya kandas botol-botol jamu bagai Bulan bersinar.Dua hari sekali ia mampir ke pajak membeli bahan jamu dan meracik sendiri dirumah pada malam hari.Biasanya ditemani Rendro sang suami,tapi kiranya umur Rendro tidak panjang setelah ketabrak becak lalu masuk keparet batu,kepalanya pecah dan nyawa tak tertolongkan.Umur perkawinan cuma enam bulan belum bertanda apa-apa pada perut Bulan.Kini ia janda kembang Desa justru wanita secantik Bulan dengan umur 23 tahun sudah menjanda.Ada juga sih satu dua orang pemuda udik norak dan kampungan mencoba menggoda Bulan,tapi mundur teratur karena Bulan bukan type perempuan murahan awalnya,sebelum diraih Rendro Almarhum Bulan tergolong gadis yang beriman,selalu ke Mesjid dan mengaji. Gubuk yang tidak terlalu tua dengan sinar lampu pretomak indah sekali dipandang dari sudut gang ketika rembulan bersinar dimalam hari.Terdengar lagu-lagu slow beralun.Bulan selalu sendiri meracik jamunya dimalam hari kasihan sekali Bulan.Andai pada malam ini Rendro masih ada mungkin mereka bercanda ria meracik jamu,kasihannya lagi kedua orang tua Bulan sudah tiada,ia tak punya saudara kandung alias anak simata wayang dari perkawin Pak Khalid dan bu Isyam. Belakangan ini Bulan selalu ditemani Sutrisno anak angkat pak Khalid dan bu Syam.Kini Bulan tidak lagi merasa sepi dimalam hari,kegembiraan selalu datang seiring malam hari meracik jamu ditemani oleh Sutrisno yang suka melucu dan humoris,sehingga Bulan pun merasa terhibur. Malam yang indah itu terdengar tawa Bulan sesekali tawa Sutrisno hingga larut malam dan akhirnya suara canda mereka hilang ditelan keremangan malam.Sutrisno pun pulang kerumah,begitulah seterusnya.Anehnya selama Bulan ditemani Sutrisno pada malam hari,esok paginya Bulan keluar rumah rambutnya selalu basah sampai muncullah bisik bisik tetangga."Nem..Bulan kok selalu basah rambut ya",kata Inem ,"Iya ya...aku jadi curiga nih belakangan ini kan bang Trisno suka dirumah Bulan",balas Sumarni."Tapi Sutrisno itukan abang angkatnya..ya enggak mungkinlah Sum",tambah inem sambil mengguyur air ketubuhnya.Kedua gadis desa Inem dan Sumarni yang tengah mandi disumur yang terletak disamping rumah Inem terus memperbincangkan Bulan padahal Bulan sudah berlalu dari hadapan mereka.Bisik bisik tetanggapun menyebar kemana - mana dan akhirnya suatu pagi Inem begegas menuju rumah Sumarni......"Sum....Sum..Suum","Ada apa Nem,kok kayak dikejar anjing gitu","Anu Sum..itu si si..Bulan","Lho kenapa",tanya Sumarni ingin tahu,"Aku perhatikan tadi dia muntah-muntah Sum"."Ya mungkin mask angin ","Enggak lho Sum...perutnya agak besar","Hah!!!berarti si Bulan itu..". Inem cepat menjawab "Buntiiiing". Astaga. Biarlah Bulan Bicara Sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang mau Komentar oke..silahkan saja